Jumat, 18 September 2009

Pertamina Gelar Olimpiade Sains Perguruan Tinggi


Pertamina bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) menggelar Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi se-Indonesia (OSN PTI) 2009.

OSN PTI yang kedua kalinya itu dipublikasikan dalam video conference

Untuk regional Jawa Timur, video conference dilakukan di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Dalam video conference itu terungkap Pertamina menargetkan 10.000
mahasiswa sebagai peserta OSN PTI 2009, padahal tahun lalu hanya ditargetkan 2.000 peserta.

Selain target peserta yang besar, peserta untuk tahun ini tidak akan mendapatkan hadiah untuk para juara di tingkat provinsi. Namun, Pertamina menyediakan beasiswa semester lima hingga semester sembilan sebagai hadiah OSN PTI 2009 tingkat regional.

Di tingkat nasional, hadiah yang akan diperoleh para juara berupa uang tunai dengan total lebih dari Rp2 miliar. Selain itu, peserta OSN PTI 2009 pun diberi batasan minimal semester tiga dan bukan pemenang nasional OSN PTI 2008 serta Olimpiade Sains Internasional.

Untuk pendaftaran peserta dilakukan secara online melalui www.osnpti.com sejak tanggal 5 September hingga 26 Oktober mendatang. (Ant/OL-01)

Majelis Wali Amanat ITB memutuskan 10 Bakal Calon Rektor ITB 2010–2014 (Dari ITB)

Majelis Wali Amanat (MWA) ITB melalui sidang pleno yang diadakan pada tanggal 12 September 2009 Jam 09.00–11.00 telah memutuskan 10 nama Bakal Calon Rektor ITB 2010–2014 dari 22 Nomine. Sidang pleno dipimpin oleh Ketua MWA Yani Panigoro dan dihadiri anggota MWA yang terdiri dari wakil masyarakat, wakil mahasiswa, wakil pegawai, wakil Senat Akademik, wakil dari Gubernur Jawa Barat, dan Rektor ITB.
Kesepuluh Bakal Calon tersebut adalah :

  1. Adang Surahman, Prof.Dr.Ir. M.Sc
  2. Akhmaloka, Dr.
  3. Deny J.Puradimaja, Prof.Dr.Ir. DEA
  4. Ichsan Setya Putra, Dr.Ir.
  5. Intan Ahmad, Dr.
  6. Indra Djati Sidi, Ph.D .
  7. Irwandy Arif, Prof.Dr.DEA, MSc
  8. Isnuwardianto, Dr. Ir.
  9. Rizal Z. Tamin, Prof.Dr.Ir.
  10. Suhono H Supangkat, Prof.Dr.Ir. M.Eng, CGEIT

"Sidang pleno MWA berlangsung dengan sangat terbuka dimana para anggota MWA sangat proaktif dalam menyampaikan pendapatnya", menurut Yani Panigoro.

Sebelum masuk ke Sidang Pleno MWA, 22 Nomine mengikuti proses diskusi panel yang dilaksanakan pada tanggal 8–10 September 2009. Panelis terdiri dari Prof. Hariadi P. Soepangkat (tokoh Senior ITB–mantan Rektor ITB 1980–1988), Prof. Hariono A. Tjokronegoro dan Prof. Enri Damanhuri (wakil Majelis Guru Besar ITB), Prof. Tommy Firman dan Prof. Alibasyah Siregar (wakil Senat Akademik ITB), Betti S. Alisjahbana dan HS. Dillon, PhD (wakil Majelis Wali Amanat ITB). Faktor–faktor yang di lihat dalam panel diskusi meliputi integritas, komitmen, kepemimpinan yang arif (termasuk keberpihakan)?, jiwa kewirausahaan (termasuk kreativitas dan inovasi)?, wawasan, kemampuan managerial, dan pengalaman memimpin lembaga pendidikan dan penelitian. Betti Alisjahbana, ketua panel diskusi, mengatakan bahwa proses berlangsung sangat kondusif. Banyak Nomine muda yang sangat luar biasa dan berpotensi menjadi pemimpin ITB masa depan.

Kesepuluh Bakal Calon Rektor tersebut akan mengikuti proses pemilihan rektor selanjutnya yang terdiri dari :

Proses di Senat Akademik (SA)10–30 Oktober 2009
Interaksi masyarakat dengan Bakal Calon10 Oktober 2009
Interaksi SA dengan Bakal Calon17 Oktober 2009
Proses Seleksi di MWA20 Nov–5 Des 2009

Info lebih lanjut :
Dapat dilihat di dokumen terlampir, situs: http://rektorkita.itb.ac.id, dan contact person Dr. Benno Rahardyan di 022–2510500 dan email panitia@rektorkita.itb.ac.id

- 12 September 2009


Sumber :

http://rektorkita.itb.ac.id/berita

19 September 2009

Forsilam UGM Gelar Peringatan Hari Jilbab Internasional (Dari UGM)

Dalam rangka memperingati Hari Jilbab Internasional, Forum Silaturahmi Muslimah (Forsilam) UGM bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (HIMMPAS) UGM menyelenggarakan talkshow bertajuk “Sehat dan Cantik dengan Jilbab”. Acara digelar pada Jumat (4/9) di KPTU Fakultas Teknik UGM.

Dalam acara yang diperuntukkan untuk muslimah ini, dihadirkan pembicara Anne Rufaidah, desainer busana muslim, dan Ida Nurlaila, penulis. Anne Rufaidah menyampaikan materi tentang penampilan dan kenyamanan berbusana dalam Islam. Cantik menurut Islam, terangnya, bukan dinilai dan dilihat dari segi fisik, tetapi pada ketaatan kepada Allah. Sementara itu, pengejawantahan dari solehah adalah dengan mengenakan jilbab.

Penyelenggaraan acara ini juga bertujuan untuk mengenang Marwa Al-Sharbini, muslimah asal Mesir yang meninggal karena ditikam oleh seorang pria Jerman yang mengalami Islamofobia pada 1 Juli lalu. Menurut Siti Syamsiyah, Ph.D., Ketua Forsilam, peristiwa pembunuhan yang menimpa Marwa Al-Sharbini menunjukkan hingga saat ini masih ada yang berpandangan negatif terhadap muslimah berjilbab. Tidak sedikit negara yang tidak mengizinkan muslimah untuk mengenakan jilbab dan menunjukkan keislamannya. “Padahal dalam Islam, jilbab atau kerudung bukan hanya selembar kain saja, tetapi memiliki makna lebih dari itu,” terangnya. (Humas UGM/Ika)


Sumber :

http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2270

19 Sepember 2009

Tim FKM UI Peduli Tasikmalaya (Dari UI)

Satu lagi bentuk kepedulian Universitas`Indonesia terhadap tanah air. Pada tanggal 5 hingga 7 September 2009 Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (tim FKM UI) ke Tasikmalaya untuk memberikan bantuan awal kepada korban musibah gempa bumi di Kabupaten yang terdiri atas 39 Kecamatan dan dihuni oleh 1.838.631 jiwa.

Adapun bantuan yang diberikan berupa Beras 1 ton; Mie instan 80 box; Air mineral 65 box; Selimut 100 lembar; Perlengkapan mandi 100 paket (sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, dan deterjen); Obat-obatan ISPA, diare, hipertensi, kulit, antibiotik, dan alergi dari Dinkes Depok; Corned 68 buah; Ikan Kalengan 54 buah; Susu Kental Manis 48 kaleng. Menurut warga desa yang dikunjungi, bantuan Tim FKM UI merupakan lembaga yang pertama kali membawa bantuan dengan jumlah relatif besar bagi mereka.

Tim FKM UI mengunjungi tiga desa yang mengalami kerusakan berat akibat gempa yang berkekuatan 7.3 Skala Richter yakni Desa Sukasetia (Cigorowong) Kecamatan Cisayong; Desa Kerta Negla Kecamatan Bojong Gambir; Desa Lengkong Jaya dan Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang.

Gempa yang terjadi pada Rabu, (02/08) pukul 14.55 berpusat sekitar kedalaman 30 km dan 142 km arah selatan Tasikmalaya. Selain menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit, gempa juga meghancurkan bangunan baik rumah penduduk hingga fasilitas publik. Dalam Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya disebutkan korban meninggal mencapai 4 jiwa, Luka berat 31 orang, luka ringan 89 orang, pasien dirawat di Rumah Sakit 12 orang, pasien dirawat di puskesmas 10 orang. Sedangkan bangunan rumah penduduk rusak berat 4.400 rumah dan rusak ringan 7.893 rumah; Rumah Dinas Kesehatan rusak berat 4 rumah dan rusak ringan 2 rumah dinas ; Sekolah rusak berat 66 sekolah dan rusak ringan 251 sekolah; Masjid rusak berat 111 masjid dan rusak ringan 171 masjid ; Kantor Pemerintah rusak berat 14 kantor dan rusak ringan 38 kantor.

Untuk membantu korban gempa di Tasikmalaya, tim FKM UI beserta UI Peduli akan membantu melalui jangka pendek dan jangka menengah. Jangka pendek (1-2minggu) saat ini adalah pemenuhan kebutuhan logistik, penyediaan air bersih beserta MCK, serta memberikan tenaga penyuluhan untuk pemulihan trauma. Sedangkan jangka menengah (2minggu-2bulan),membuatAnalisis Situasi Bencana dan Rencana Tindak Lanjut yang difasiitasi UI untuk 4 daerah di Priangan Timur, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Garut. (Din)

- 10 September 2009


Sumber :

http://www.ui.ac.id/id/news/archive/3832

19 September 2009

Cerdaskan Masyarakat Peduli Sampah (Dari IT Telkom - Bandung)

Kenyataannya, kerap dijumpai masalah saat pendidikan lingkungan diterapkan di tengah masyarakat. Kendalanya, partisipasi masyarakat terhadap lingkungan masih rendah. Terutama masalah sampah. Penyebabnya adalah kurangnya pemahaman terhadap masalah sampah itu sendiri, serta rendahnya komitmen masyarakat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Disinilah mahasiswa berperan aktif mencerdaskan masyarakat.

Melalui kegiatan Pengenalan Dunia Kampus Telekomunikasi (PDKT) 2009 Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Minggu (16/8), 1950 mahasiswa dan mahasiswi baru (maba/miba) melakukan aksi kepedulian lingkungan. Bahkan, mereka juga menciptakan medianya sendiri dengan membuat poster-poster bertema lingkungan.

Selain kampanye lingkungan, mereka melakukan kerja bakti, penyuluhan dan pembagian keranjang sampah Takakura. Pengabdian masyarakat ini dilakukan bagi warga desa Palasari, Sukapura, PGA dan Sukabirus. Sebanyak 100 keranjang Takakura dibagikan di sana. Takakura adalah keranjang sampah yang dapat mengolah sampah organik rumah tangga. Keranjang ini merupakan hasil karya tim PKMM XXII PIMNAS 2009 IT Telkom.

“Kegiatan ini adalah sebuah bentuk kepedulian mahasiswa guna memberi pencerahan dalam mengatasi masalah lingkungan, terutama masalah sampah. Sekaligus menanamkan kesadaran positif di kalangan maba/miba IT Telkom,” papar mahasiswi Teknik Industri sekaligus anggota tim PKMM XXII PIMNAS 2009 IT Telkom, Herpin Dwijayanti.

Dipaparkan juga mahasiswi Teknik Telekomunikasi sekaligus kominfo BEM IT Telkom, Yulian Aryanti,

“Warga yang menerima keranjang Takakura wajib di gunakan sebagaimana fungsinya. Informasi tentang penggunaan Takakura disosialisasikan panitia ke setiap ketua RT dan RW,”

Jika masyarakat diberikan pemahaman baik tentang lingkungan, tentu memungkinkan masyarakat melakukan komitmen menyelesaikan masalah tumbuh dengan sendirinya. Buktinya, animo masyarakat terhadap kegiatan ini sangat baik. Sayangnya, karena keterbatasan jumlah Takakura, akhirnya beberapa warga terpaksa tidak kebagian Takakura. Bahkan beberapa dari mereka mengaku tetap ingin mencobanya.


Sumber :

BSI
19 September 2009

Konferensi Internasional Pertanian (Dari Unpad)

Fakultas Pertanian Universtitas Padjadjaran Bandung, menggelar Konferensi Internasional: Pertanian di Simpang Jalan (International Conference on Agriculture at The Crossroad), 25-26 November 2009 di Kampus Unpad Jln. Dipati Ukur 35 Bandung. Konferensi mengundang berbagai pakar dan peneliti luar dan dalam negeri. Informasi: Fakultas Pertanian Universtitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor, Tlf./Faks: +62 22 7796316 (Wida/Een). CP:Dr . Nenny Nurlaeni (laeny_2@yahoo.com), Dr. Suseno Amin (suseno@gmx.de).***

- 3 September 2009

Sumber :
19 September 2009

Studi Pertanian Organik Mulai Dianggap Penting (Dari IPB)

Perkuliahan pertanian organik di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, terutama di program sarjana, masih sebatas pengenalan yang disajikan sebagai sebuah mata kuliah. Meskipun baru sebatas mata kuliah, pertanian organik mulai dianggap penting untuk dikembangkan oleh para akademisi dan ilmuwan di perguruan tinggi.

"Pertanian organik itu kan masih jadi tren saat ini. Kepada mahasiswa S-1, kita berikan opsi pilihan dalam mata kuliah sehingga ketika terjun di masyarakat nanti mereka bisa melihat, pertanian organik atau anorganik yang mestinya dikembangkan. Jika di program sarjana ada yang langsung dispesifikan ke pertanian organik, kasihan mereka. Kita kan belum tahu peluang kerjanya. Jadi di program S-1 pertanian masih secara umum," jelas Rektor Universitas Mataram, Mansur Ma'shum yang dihubungi dari Jakarta, Kamis (17/9).

Perkuliahan pertanian di perguruan tinggi saat ini justru menghadapi tantangan turunnya peminat. Untuk mengatasi turunnya minat calon mahasiswa mengambil jurusan pertanian, pendidikan pertanian difokuskan pada dua bidang, yakni agroteknologi/agro-ekoteknologi dan agribisnis.

Menurut Mansur, kalangan perguruan tinggi tidak mau terburu-buru memasang kaca mata kuda kepada mahasiswa bahwa pertanian organik mesti diutamakan. Pola pikir atau mindset ke pertanian organik itu tidak bisa dipaksakan secara instan.

Para pengajar dalam ilmu hama, tanah, kesuburan, misalnya, bisa memperkenalkan pentingnya pemakaian zat-zat organik dibandingkan yang anorganik. Di sini, pola pertanian organik bisa dimasukkan sebagai pilihan. "Kelebihan-kelebihan pertanian organik diperkenalkan. Ketika di masyarakat, pertanian organik sudah mulai diterima dan diminati, mahasiswa bisa memilih mana yang akan dikembangkan," kata Mansur.

Sebaliknya, kata Mansur yang juga Guru Besar Ilmu Tanah, di program pascasarjana untuk S-2 dan doktor, kajian pertanian organik sebagai tesis dan disertasi mulai diminati. "Ada kesadaran untuk bisa memakai bahan-bahan alami yang ramah lingkungan untuk pertanian ke depan," kata Mansur.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Yonny Koesmaryono mengatakan perkuliahan pertanian organik untuk menjadi suatu bidang studi sendiri perlu kajian yang matang. Peminatan secara khusus dari kalangan mahasiswa juga belum terlihat secara signifikan.

"Tetapi IPB sudah mengembangkan laboratorium pertanian organik. Implementasi pertanian organik juga mesti dilihat sanggup di level mana. Karena untuk melaksanakan pertanian organik di level yang tinggi, tentu persyaratannya juga cukup banyak," kata Yonny.

Menurut Yonny, pengembangan pertanian organik memerlukan kemauan politik dari pemerintah untuk menjadi suatu kebijakan yang bisa dilaksanakan secara bersama-sama dan berkesinambungan. "Peminatan untuk perkuliahan organik adanya mulai di S-2 dengan yang mau fokus pada penelitian pertanian organik," ujar Yonny.

Gerakan pertanian organik mestinya bukan sekadar perubahan teknik bertani dari penggunaan bahan-bahan kimia ke bahan alam. Gerakan ini harus menjadi idealisme para petani dan masyarakat memutus ketergantungan pada produk-produk kimai yang umunya dihasilkan dari luar.

Dengan pemakaian bahan-bahan yang ramah lingkungan, keseimbangan alam juga akan terjaga. Perubahan itu bisa berkontribusi pada upaya mengatasi ancaman perubahan iklim yang cepat.

- 17 September 2009


Sumber :
ELN
19 September 2009

Bio-Lepus, Pestisida Alternatif Ramah Lingkungan (Dari UB)

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB), Cokorda Javandira, berhasil meraih penghargaan dalam ajang Young Entrepreneurs Awards 2009 yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia bekerjasama dengan Commonwealth Bank. Malam penganugerahan ajang tahunan bagi wirausahawan muda ini dilakukan pada Sabtu (8/8) di Mazee-FX Sudirman, Jakarta. Turut hadir dalam malam penganugerahan tersebut adalah pebisnis terkemuka, Ciputra serta Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Surya Dharma Ali.

Dalam ajang ini, Javandira meraih juara ketiga pada kategori Business Idea dengan karyanya, "Bio-Lepus: Peluang Usaha Pemanfaatan Urine Kelinci Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan". Selain itu, masih ada 3 (tiga) kategori yang lain yaitu kategori utama, kategori pemula dan kategori artis. Atas prestasi ini, Cokorda Javandira berhak atas hadiah berupa uang tunai, makan malam bersama Ciputra serta pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia bekerjasama dengan Commonwealth Bank. Juri yang dilibatkan dalam ajang ini adalah Prof. Agus W. Soehadi, PhD (Ketua/Direktur program sarjana Bisnis Prasetya Mulya), Hariono, MM (Finalis entrepreneur of the year 2004, founder DAU Group), C. Rofikoh Rohim, PhD (ekonom/GM Bisnis Indonesia intelligence unit), Yunita Resmi Sari (Analis Senior Bank Indonesia) serta 4 (empat) orang dari Commonwealth Bank (sponsor utama)

Bio-Lepus
Diwawancarai PRASETYA Online, Javandira mengaku bahwa ide pembuatan Bio-Lepus bermula dari perkuliahan "Dasar Perlindungan Tanaman" yang diikutinya. Dalam kuliah tersebut, mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi angkatan 2008 ini mendapatkan inspirasi dari video yang diputar dosen pengajarnya, Ir. Abdul Cholil, berjudul "Bayang Racun Pestisida" milik Departemen Pertanian. Dari video tersebut, Javandira pun merasa prihatin dengan dampak negatif penggunaan pestisida sintetik yang bahkan membuat petani keracunan, gatal-gatal, mual, pusing, muntah hingga lumpuh. Sejak saat itu, ia bersama rekan-rekannya yang lain, Heni Dianita dan Nurul Qamariah, berupaya untuk membuat pestisida alternatif yang diberinya nama "Bio-Lepus". "Lepus", diterangkan putera pasangan Cokorda Agung Budhayana (alm) dan Rani Setijawati ini adalah nama latin dari kelinci. "Bio-Lepus merupakan jenis biopestisida yang terbuat dariurine dan faeces kelinci", terangnya. Melalui karya ini, ia berupaya untuk mempopulerkan urine kelinci sebagai alternatif pestisida ramah lingkungan.

Ditanya mengapa menggunakan urine kelinci dan bukan manusia, Javandira pun menjelaskan bahwa biopestisida dari urine manusia telah dipatenkan oleh peneliti dari Jerman. Selain itu, ia juga mengaku ingin memperbaiki keadaan berbagai elemen yang nantinya terlibat seperti petani serta peternak kelinci. "Dengan populernya peternakan kelinci, harapannya nanti akan menumbuhkan ketertarikan masyarakat dalam beternak kelinci disamping menumbuhkan lapangan kerja baru bagi para pemuda desa", ujar pria kelahiran Denpasar 19 tahun silam ini.

Proses pembuatan Bio-Lepus ini, diterangkan Javandira adalah dengan cara mengumpulkan urine kelinci di kandangnya hingga 400 liter yang kemudian ditampung dalam bak fermentasi. Dalam bak fermentasi tersebut, urine dan faeceskemudian dicampur dengan bakteri rummino coccus dan bacillus thuringiensis yang telah diaktivasi, yang berfungsi sebagai dekomposer. Proses ini menurut Javandira berlangsung selama 6 (enam) hingga 7 (tujuh) hari. Dalam penyusunan idenya, Javandira secara komprehensif memulai dari persiapan tempat produksi, pengadaan alat produksi dan bahan baku, proses produksi, pengemasan, pemasaran dan studi kelayakan serta evaluasi kegiatan. [nok]
Video "Bayang Racun Pestisida"

- 1 September 2009

Sumber :
19 September 2009

UNM Bakal Jadi Kampus Termegah di Indonesia (Dari UNM)

Di tengah pencitraan buruk sebagai almamater yang sering dilanda tawuran, Universitas Negeri Makassar (UNM) tetap bertekad untuk segera merampungkan pembangunan Menara Pinisi yang berlokasi di kampus Gunungsari.

Pemancangan tiang pertama menara yang berlantai 17 ini bahkan sudah dilakukan kemarin. "Target kami, Menara Pinisi akan rampung dalam dua tahun terakhir ini. Sehingga pada 2011 mendatang, kampus UNM sudah tampil sebagai kampus termegah di Indonesia," kata Rektor UNM Prof Dr Arismundar kepada wartawan saat menggelar acara buka puasa bersama di Restoran Ujungpandang, tadi malam.

Arismundar menyatakan, dalam sejarah pembangunan di UNM, inilah yang pertama kalinya Menara Pinisi UNM sebagai ikon baru dan gedung tertinggi di kampus Indonesia dengan sistem fasade hiperbolic paraboloid, yang merupakan ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Mudah-mudahan dengan Menara Pinisi ini bisa mengubah pencitraan UNM yang selama ini dirusak oleh munculnya aksi-aksi tawuran antarmahasiswa. Kami berharap, dengan menara baru tersebut, bisa mengubah pola pikir mahasiswa saat ini," kata Arismundar. Gubernur Sulsel yang diwakili Wagub Agus Arifin Nu'mang saat acara pemancangan tiang pertama Menara Pinisi berharap, pembangunan gedung tersebut nantinya akan menjadi alat pemersatu bagi terciptanya suasana atmosfir akademik yang sejuk.

Sekadar diketahui, Menara Pinisi yang nantinya akan dijadikan sebagai gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM terdiri atas tower 17 lantai dan bangunan pendukung 4 lantai. Tower diperuntukkan sebagai tempat pelayanan penelitian dan penerapan IPTEK, pelayanan administrasi akademik, kepegawaian, keuangan, dan perencanaan, unit Pelaksana Teknis (ICT Center, Perpustakaan, Badan Penerbit, MKU, Layanan Bimbingan Mahasiswa, Pusat Bahasa, Badan Penjamin Mutu, Unit Kewirausahaan, dan Unit Kerjasa), Testing Center, Pusat pengembangan profesi guru berkelanjutan, ruang kuliah umum dan ruang pertunjukan.

"Setelah semuanya sudah rampung, kami bercita-cita segera membangun sport center sebagai mana kampus-kampus yang ada di luar negeri. Lahannya sudah ada kok, tinggal pengembangannya saja," kata Arismundar. (Koran SI/Koran SI/mbs)