Jumat, 18 September 2009

Bio-Lepus, Pestisida Alternatif Ramah Lingkungan (Dari UB)

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB), Cokorda Javandira, berhasil meraih penghargaan dalam ajang Young Entrepreneurs Awards 2009 yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia bekerjasama dengan Commonwealth Bank. Malam penganugerahan ajang tahunan bagi wirausahawan muda ini dilakukan pada Sabtu (8/8) di Mazee-FX Sudirman, Jakarta. Turut hadir dalam malam penganugerahan tersebut adalah pebisnis terkemuka, Ciputra serta Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Surya Dharma Ali.

Dalam ajang ini, Javandira meraih juara ketiga pada kategori Business Idea dengan karyanya, "Bio-Lepus: Peluang Usaha Pemanfaatan Urine Kelinci Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan". Selain itu, masih ada 3 (tiga) kategori yang lain yaitu kategori utama, kategori pemula dan kategori artis. Atas prestasi ini, Cokorda Javandira berhak atas hadiah berupa uang tunai, makan malam bersama Ciputra serta pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia bekerjasama dengan Commonwealth Bank. Juri yang dilibatkan dalam ajang ini adalah Prof. Agus W. Soehadi, PhD (Ketua/Direktur program sarjana Bisnis Prasetya Mulya), Hariono, MM (Finalis entrepreneur of the year 2004, founder DAU Group), C. Rofikoh Rohim, PhD (ekonom/GM Bisnis Indonesia intelligence unit), Yunita Resmi Sari (Analis Senior Bank Indonesia) serta 4 (empat) orang dari Commonwealth Bank (sponsor utama)

Bio-Lepus
Diwawancarai PRASETYA Online, Javandira mengaku bahwa ide pembuatan Bio-Lepus bermula dari perkuliahan "Dasar Perlindungan Tanaman" yang diikutinya. Dalam kuliah tersebut, mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi angkatan 2008 ini mendapatkan inspirasi dari video yang diputar dosen pengajarnya, Ir. Abdul Cholil, berjudul "Bayang Racun Pestisida" milik Departemen Pertanian. Dari video tersebut, Javandira pun merasa prihatin dengan dampak negatif penggunaan pestisida sintetik yang bahkan membuat petani keracunan, gatal-gatal, mual, pusing, muntah hingga lumpuh. Sejak saat itu, ia bersama rekan-rekannya yang lain, Heni Dianita dan Nurul Qamariah, berupaya untuk membuat pestisida alternatif yang diberinya nama "Bio-Lepus". "Lepus", diterangkan putera pasangan Cokorda Agung Budhayana (alm) dan Rani Setijawati ini adalah nama latin dari kelinci. "Bio-Lepus merupakan jenis biopestisida yang terbuat dariurine dan faeces kelinci", terangnya. Melalui karya ini, ia berupaya untuk mempopulerkan urine kelinci sebagai alternatif pestisida ramah lingkungan.

Ditanya mengapa menggunakan urine kelinci dan bukan manusia, Javandira pun menjelaskan bahwa biopestisida dari urine manusia telah dipatenkan oleh peneliti dari Jerman. Selain itu, ia juga mengaku ingin memperbaiki keadaan berbagai elemen yang nantinya terlibat seperti petani serta peternak kelinci. "Dengan populernya peternakan kelinci, harapannya nanti akan menumbuhkan ketertarikan masyarakat dalam beternak kelinci disamping menumbuhkan lapangan kerja baru bagi para pemuda desa", ujar pria kelahiran Denpasar 19 tahun silam ini.

Proses pembuatan Bio-Lepus ini, diterangkan Javandira adalah dengan cara mengumpulkan urine kelinci di kandangnya hingga 400 liter yang kemudian ditampung dalam bak fermentasi. Dalam bak fermentasi tersebut, urine dan faeceskemudian dicampur dengan bakteri rummino coccus dan bacillus thuringiensis yang telah diaktivasi, yang berfungsi sebagai dekomposer. Proses ini menurut Javandira berlangsung selama 6 (enam) hingga 7 (tujuh) hari. Dalam penyusunan idenya, Javandira secara komprehensif memulai dari persiapan tempat produksi, pengadaan alat produksi dan bahan baku, proses produksi, pengemasan, pemasaran dan studi kelayakan serta evaluasi kegiatan. [nok]
Video "Bayang Racun Pestisida"

- 1 September 2009

Sumber :
19 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar